Senin, 28 Mei 2012

MIND SETTING DALAM RANGKA REFORMASI BIROKRASI


Reformasi Birokrasi merupakan program prioritas nasional yang dicantumkan sebagai agenda utama pembangunan nasional yang dicanangkan sejak tahun 2010 dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan implementasi dalam program Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Kakanwil (Drs. Daniel Biantong, SH. MM) menyampaikan dalam implementasi reformasi birokrasi tidak semudah membalik telapak tangan, berbagai ketakutan, pikiran negatif dan penolakan mewarnai implementasi birokrasi. Penolakan ini sebagian besar disebabkan karena mind setting dari aparatur yang negative. Oleh sebab itu diperlukan perubahan mind set aparatur dari negatif menjadi positif, dari apatis menjadi optimis dan dari tidak siap menjadi siap menghadapi reformasi birokrasi.




Mind Setting sangat besar pengaruhnya dalam pengembangan budaya kerja. Hal tersebut disebabkan karena pengembangan budaya kerja membutuhkan fleksibilitas berpikir, khususnya apabila pengembangan budaya kerja berlawanan dengan apa yang dianut sebelumnya. Begitu pentingnya Mind Setting sehingga Peter F. Drucker pakar manajemen dunia menyatakan bahwa “ Yang memprihatinkan pada masa turbulensi seperti sekarang adalah sikap dan perilaku yang masih menggunakan pola-pola pikir yang lama. Hal yang sama dikatakan oleh William James “ Revolusi generasi sekarang adalah bahwa manusia dapat mengubah aspek ekstrinsik kehidupannya dengan mengubah sikap intrinsik alam pikirannya. Dikuatkan lagi oleh pendapat Anthony Robbins “Kualitas serta keberhasilan seseorang ditentukan oleh pola-pola komunikasi dengan dirinya sendiri”.

Seseorang seringkali terjebak dalam pola pikir mereka sendiri, pola pikir mereka kaku (rigid). Orang seperti ini cenderung berpikir menggunakan polanya sendiri untuk mengatasi permasalahan dan tidak dapat melihat alternatif lain diluar pola berpikirnya, sepertinya dia tidak hidup dalam lindungan yang selalu saling mempengaruhi dengan linkungannya. Kekakuan itu sering kali mendatangkan masalah yang sulit mereka sendiri pecahkan.
Solusi untuk mengatasi cara berpikir yang demikian adalah dengan penataan pola pikir (Mind Setting). Esensi penataan pola pikir menurut kementerian pendayagunaan aparatur negara adalah untuk ; 
  1. Mengatasi pola pikir dan paradigma yang sulit menerima perubahan yang selama ini menjadi akar   masalah dalam organisas; 
  2. Mengidentifikasi mental blok (mental block) yang menghilangkan inovasi, inisiatif, motivasi, pemikiran jernih dan kerjasama organisasi; 
  3. Menanamkan cara berpikir sistemik dalam memahami dan menyelesaikan persoalan dalam organisasi;
  4. Memberdayakan potensi untuk percepatan pembaharuan dan membangun konsep berpikir diluar pola yang sudah ada (out of the box) yang terintegrasi dalam bekerja sama sebagai sebuah team; 
  5. Merancang visi, misi dan strategi pembaharuan serta memetakan pola pikir (Mind Sett) organisasi dan pengaruhnya terhadap kinerja dan budaya kerja; 
  6. Mengantisipas sejak dini hambatan yang dapat timbul dengan kondisi Mind Sett organisasi saat ini dan merumuskan perubahan pola pikir (Mind Sett) yang diperlukan agar sasaran organisasi dapat tercapai; 
  7. Membangun jiwa, semangat, komitmen, kesatuan arah dan nilai bersama untuk perubahan; dan 8). Memimpin dan mempelopori gerakan perubahan.

Mengacu pada teori yang dituangkan dalam pelatihan untuk memeriksa arsip pengalaman masa lalu seseorang tanpa diminta, rekaman pengalaman negatif masa lalu dapat muncul kembali dan menyebabkan seseorang mempunyai perasaan tidak oke sesuai dengan “cikal bakal“ emosi yang menyertainya. Rekaman pengalaman masa lulu itu dapat diperiksa dengan konsep “Transactional Analisys“ sehingga dengan mudah kita dapat memahami diri kita (dan orang lain) lengkap dengan sifat-sifat, sikap dan perilakunya.
Bagi penyelenggara pemerintahan atau yang disebut dengan kalangan birokrasi teori-teori ini sangat mungkin kita tanamkan pada PNS dalam pola pelatihan-pelatihan sehingga pola-pola pikir PNS dapat kita rubah pelan-pelan sesuai arah revormasi yang akan kita tuju. Hal tentu menjadi pekerjaan rumah bagi para Instruktur-instruktur Mind Setting untuk merubah pola pikir PNS yang sudah karatan dan telah terbentuk dan sejalan dengan sistem yang ada pada Birokrasi itu sendiri. Dalam pelatihan tersebut bagaimana men’delete’ black memories dan membuat ‘short-cup’ golden memories. Rekaman buruk dimasa lalu (black memories) dapat dihapus satu persatu seperti men’delete’ arsip (file) yang tidak dikehendaki didalam komputer dengan menggunakan teknik Neuro-Linguistic Programing (NLP). Dengan teknik ini juga, rekaman bagus (golden memories) dapat dibuatkan ‘short-cut’ yang dapat dijadikan kunci untuk mendapatkan perasaan pengalaman sukses dari waktu ke waktu.

Sebagaimana telah dipesankan oleh seorang Dokter yang bernama N. Sutrisna Widjaya pada sebuah kesempatan pelatihan Mind Setting di Malang, beliau mengatakan “ Sesungguhnya tidak ada orang yang malas atau tidak bermotivasi, mereka hanya belum dapat menghayati jati dirinya dan belum bisa mengembangkan visi pribadi yang bermakna “

Peran mind setting dalam pengembangan budaya kerja aparatur oleh : yosef p. Koton

Tidak ada komentar: